BerandaArtikelEkosistem IoT Indonesia pada 2022
article-image

11 February 2022

Ekosistem IoT Indonesia pada 2022

IoT telah menyerang hidup kita dengan cara yang baik. Bahkan, beberapa rumah kita saat ini adalah contoh sempurna dari IoT. Rumah pintar memungkinkan orang untuk mengatur suhu, mengunci pintu, dan melihat apa yang terjadi di rumah mereka. IoT juga telah memberi kita perangkat yang dapat dikenakan mewah seperti jam tangan pintar yang membuat pemantauan kesehatan kita jauh lebih mudah. Dengan kendaraan yang terhubung ke internet, istilah IoV (internet kendaraan) sekarang bahkan menjadi sesuatu. Findstack mencatat bahwa pada tahun 2021, nilai pasar global IoT mencapai $ 212 miliar, berkat semua kenyamanan yang dibawa IoT.


Ekosistem IoT Global: Beberapa Prediksi

Untuk memahami bagaimana ekosistem IoT Indonesia, kita perlu melihat prediksi IoT global terlebih dahulu. Dikutip oleh Findstack, Ericsson memperkirakan bahwa langganan 5G akan mencapai 1,9 miliar pada tahun 2024, yang berarti bahwa IoT akan tumbuh secara eksponensial dalam beberapa tahun. Pada tahun depan, Dataprot memprediksi bahwa 3,5 miliar perangkat seluler akan terhubung dengan IoT, dengan Asia menjadi benua terdepan. Semua statistik ini menunjukkan pengembangan IoT besar-besaran. Tapi apa yang akan terjadi dengan semua perkembangan ini?


Ryan Daws dari IoT Tech News telah memberikan beberapa prediksi tentang bagaimana pertumbuhan IoT akan mempengaruhi bisnis. Pertama-tama, dengan tren WFH dan kedatangan ruang kerja metaverse, kebutuhan untuk menghubungkan fisik dan virtual mungkin datang. Metaverse bisa menjadi platform yang menyenangkan yang memungkinkan pengguna menghabiskan banyak waktu di sana. Sementara pengguna akan meta, hal-hal dasar seperti pengaturan suhu dan keamanan di ruang fisik sementara pertemuan berlangsung di metaverse akan bergantung pada bantuan IoT. 


Kedua, akan ada peluang bagi perusahaan telekomunikasi global untuk memanfaatkan pertumbuhan IoT. Pada saat IoT dapat diakses oleh sebagian besar penduduk, ISP akan menjadi penjaga gerbang yang tidak hanya menjaga keamanan, tetapi juga kemudahan akses. Pelanggan akan mengandalkan ISP untuk menjaga konektivitas yang baik sehingga mereka dapat tetap terhubung dengan pengalaman IoT yang mulus. Selain itu, ISP dan perusahaan telekomunikasi juga dapat menawarkan paket layanan dan memasarkan IoT sebagai bagian dari produk mereka.


Berbicara tentang perusahaan telekomunikasi dan ISP, ketergantungan pada koneksi internet untuk akses IoT juga berarti bahwa akan ada lebih banyak pekerjaan pada layanan pelanggan IoT. Dengan meningkatnya  jumlah perangkat IoT, peningkatan malfungsi dan risiko keamanan diharapkan. Bisnis yang beroperasi di industri ini harus meningkatkan hubungan pelanggan mereka dan mengurangi risiko terkait keamanan dengan lebih baik agar tetap relevan dalam persaingan. Ketika permintaan global untuk IoT meningkat, pelanggan juga akan memiliki lebih banyak pilihan penyedia layanan, sehingga persaingan akan lebih ketat.


Kondisi Terkini dan Masa Depan Ekosistem IoT Indonesia

Bagaimana dengan ekosistem IoT Indonesia? Sebagai permulaan, prediksi tentang ekosistem IoT global juga dapat terjadi di sini, kurang lebih. Meningkatnya permintaan, peluang yang muncul, dan lebih banyak tekanan bagi perusahaan telekomunikasi diperkirakan akan terjadi di Indonesia juga. Semua faktor ini berkorelasi dengan pertumbuhan IoT secara nasional, yang diperkirakan mencapai Rp 372 triliun tahun ini (2022), menurut Asosiasi IoT Indonesia. Pertumbuhan terbesar (45%) diperkirakan terjadi di sektor aplikasi, di mana sekitar Rp 167 triliun akan dihasilkan.


Jika jumlah global IoT meningkat, kondisi serupa dapat ditemukan di Indonesia. Pada tahun 2025, diharapkan Bahwa Indonesia akan memiliki 678 juta perangkat IoT, dengan industri perawatan kesehatan menjadi pelopor fenomena ini. Namun, pertumbuhan positif ini juga disertai dengan beberapa tantangan. Masalah kesiapan infrastruktur, misalnya, masih dapat menghambat pertumbuhan IoT di beberapa daerah. Ada juga masalah dalam ketersediaan sumber daya manusia, karena para ahli dengan sertifikasi IoT masih jarang. Terlepas dari tantangan ini, Indonesia harus mempersiapkan percepatan pertumbuhan IoT mulai 2022 dan seterusnya.


Apakah informasi ini membantu?

Related Article