BerandaArtikelIoT Meledak di 2025: Bagaimana Operator Telco Menyambut Era Hyper-Connected?
article-image

20 November 2025

IoT Meledak di 2025: Bagaimana Operator Telco Menyambut Era Hyper-Connected?

IoT Meledak di 2025: Bagaimana Operator Telco Menyambut Era Hyper-Connected?

Perkembangan teknologi digital dalam beberapa tahun terakhir membawa perubahan signifikan terhadap cara manusia bekerja, belajar, dan berinteraksi. Salah satu teknologi yang semakin mendominasi transformasi tersebut adalah Internet of Things (IoT). Memasuki tahun 2025, adopsi IoT meningkat sangat cepat seiring meluasnya penggunaan perangkat cerdas di rumah, industri, transportasi, hingga sektor publik. Lonjakan ini menghadirkan peluang baru sekaligus tantangan besar bagi operator telekomunikasi. Telco tidak lagi hanya berperan sebagai penyedia konektivitas, melainkan menjadi katalis utama bagi ekosistem hyper-connected yang makin kompleks.

1. IoT Sebagai Pendorong Kebutuhan Konektivitas Baru

IoT menghubungkan berbagai perangkat fisik ke internet untuk mengumpulkan, mengirim, dan memproses data secara real-time. Mulai dari sensor industri, smart meter, kamera keamanan, hingga perangkat kesehatan, semuanya membutuhkan jaringan yang stabil dan efisien. Di tahun 2025, jumlah perangkat IoT diproyeksikan tumbuh secara eksponensial, didorong oleh hadirnya layanan digital berbasis sensor dan automasi di hampir semua sektor.

Pertumbuhan ini menuntut operator telco menyediakan konektivitas dengan karakteristik berbeda dari layanan mobile konvensional. Jika sebelumnya operator fokus pada kecepatan tinggi untuk pengguna smartphone, kini mereka harus mampu menghadirkan jaringan yang hemat energi, berlatensi rendah, serta mampu mendukung jutaan perangkat dalam satu area. Kondisi inilah yang mendorong modernisasi jaringan dan lahirnya strategi baru di lingkup telekomunikasi.

2. Peran 5G dan Jaringan LPWA dalam Ekosistem Hyper-Connected

Dalam menghadapi ledakan IoT, operator telco mengandalkan dua teknologi inti: jaringan 5G dan Low-Power Wide-Area (LPWA) seperti NB-IoT dan LTE-M.

5G membawa kemampuan ultra-low latency, network slicing, serta dukungan terhadap massive machine-type communication (mMTC). Hal ini memungkinkan ribuan sensor industri, robot, hingga kendaraan otonom berkomunikasi dengan cepat dan akurat. Untuk sektor industri, 5G menjadi penopang utama smart manufacturing, predictive maintenance, dan automasi skala besar.

Sementara itu, LPWA berfungsi sebagai solusi untuk perangkat IoT berdaya rendah dengan kebutuhan baterai jangka panjang seperti smart meter, perangkat pelacakan, dan sensor lingkungan. Teknologi ini menjadi fondasi bagi inisiatif pemerintah atau perusahaan yang mengelola aset tersebar dalam jumlah besar.

Melalui kombinasi dua teknologi tersebut, operator telco dapat melayani beragam kebutuhan IoT secara lebih efisien dan terukur.

3. Tantangan Operator Telco di Tengah Pertumbuhan IoT

Meski peluang bisnis IoT sangat menjanjikan, operator telco juga menghadapi sejumlah tantangan struktural dan teknis. Salah satunya adalah kebutuhan investasi besar pada modernisasi jaringan core dan radio access network (RAN). Untuk menghadapi trafik IoT yang masif, operator membutuhkan arsitektur jaringan yang lebih fleksibel dan terdistribusi, seperti cloud-native core dan edge computing.

Selain itu, interoperabilitas platform menjadi isu penting. Ekosistem IoT melibatkan banyak vendor perangkat, protokol, dan aplikasi. Tanpa standar integrasi yang jelas, operator telco berpotensi menghadapi kompleksitas tinggi dalam pengelolaan layanan. Keamanan juga menjadi tantangan besar. Banyaknya perangkat IoT membuka permukaan serangan (attack surface) baru yang dapat dimanfaatkan oleh pihak tidak bertanggung jawab. Keamanan end-to-end, integritas data, dan manajemen akses menjadi aspek yang wajib diperkuat.

Tantangan lainnya adalah model bisnis. Operator telco tidak bisa lagi mengandalkan pendapatan dari konektivitas semata. Nilai ekonomi terbesar dari IoT justru berada pada lapisan layanan digital dan analitik data. Oleh karena itu, telco perlu mencari cara untuk masuk lebih dalam ke solusi vertikal, bukan hanya menyediakan jaringan.

4. Strategi Transformasi Operator Telco dalam Menghadapi Era IoT

Untuk menyambut era hyper-connected, operator telco perlu melakukan transformasi yang tidak hanya teknis, tetapi juga strategis. Setidaknya ada empat pendekatan utama yang kini banyak diadopsi operator di berbagai negara.

a. Modernisasi Jaringan Berbasis Cloud dan Edge

Operator mempercepat migrasi ke cloud-native core dan memanfaatkan edge computing untuk memproses data lebih dekat dengan sumbernya. Pendekatan ini menurunkan latensi, meningkatkan kapasitas, dan memungkinkan implementasi network slicing sesuai kebutuhan layanan.

b. Membangun Platform IoT Terintegrasi

Selain konektivitas, operator mulai menyediakan platform IoT end-to-end mencakup device management, data analytics, hingga integrasi API. Platform ini memudahkan pelanggan enterprise dalam mengelola perangkat dan aplikasi secara terpusat.

c. Memperluas Kolaborasi Ekosistem

IoT membutuhkan kolaborasi antara telco, produsen perangkat, integrator sistem, dan pengembang aplikasi. Banyak operator kini membentuk kemitraan strategis dengan perusahaan teknologi dan startup untuk mempercepat inovasi dan memperkuat portfolio layanan digital.

d. Memperkuat Keamanan Siber untuk IoT

Operator memperluas manajemen keamanan ke level perangkat (device-level security), jaringan (network security), dan aplikasi. Pemantauan ancaman berbasis AI menjadi salah satu alat penting untuk mengidentifikasi anomali sebelum menimbulkan dampak operasional.

5. Peluang Bisnis di Sektor Vertikal

Pertumbuhan IoT tidak merata, melainkan terkonsentrasi pada beberapa sektor industri yang diproyeksikan menjadi pendorong utama permintaan layanan telco. Sektor-sektor tersebut mencakup manufaktur, logistik, pertanian cerdas, transportasi, utilitas (listrik, air, gas), hingga layanan publik seperti smart city.

Di sektor manufaktur, IoT membantu perusahaan mengoptimalkan proses produksi dan mengurangi downtime melalui sistem pemantauan mesin berbasis sensor. Pada sektor logistik, pelacakan real-time meningkatkan efisiensi pengiriman dan manajemen rantai pasok. Sementara itu, pemerintah kota banyak memanfaatkan IoT untuk lampu jalan cerdas, manajemen lalu lintas, dan sistem keamanan kota.

Dengan penetrasi jaringan dan kapasitas infrastruktur yang sudah dimiliki telco, peluang untuk masuk ke solusi vertikal ini sangat besar dan dapat menjadi sumber pendapatan baru yang berkelanjutan.

Tahun 2025 menjadi titik penting dalam perkembangan IoT di Indonesia dan global. Ledakan perangkat dan aplikasi cerdas membuka era baru yang sangat bergantung pada konektivitas yang kuat, fleksibel, dan aman. Bagi operator telco, ini merupakan momentum untuk memperluas peran dari sekadar penyedia jaringan menjadi mitra strategis dalam transformasi digital berbagai sektor.

Dengan modernisasi jaringan, platform IoT yang terintegrasi, kolaborasi ekosistem, dan penguatan keamanan siber, operator telco dapat memanfaatkan peluang besar ini secara optimal. Ekosistem hyper-connected bukan hanya tren teknologi, tetapi fondasi masa depan industri digital dan layanan cerdas di tahun-tahun mendatang. Dapatkan informasi menarik lainnya di mycarrier.telkom.co.id

Apakah informasi ini membantu?

Related Article