BerandaArtikelEfek Omicron: Kesehatan IoT pada tahun 2022
article-image

15 February 2022

Efek Omicron: Kesehatan IoT pada tahun 2022

Sama seperti yang kami pikir kami pulih dari pandemi, varian Covid-19 lain muncul. Pada akhir Januari 2022, varian Omicron telah menginfeksi 686.000 orang di seluruh dunia, termasuk hampir 3.000 orang di Indonesia, menurut Kata Data dan Kontan.co.id. Akun Instagram resmi pemerintah kota DKI Jakarta juga menunjukkan meningkatnya jumlah pasien di Wisma Atlet, rumah sakit pusat kasus Covid-19 di Jakarta. Jika tidak dikelola dengan baik, varian omicron dapat mengakibatkan gelombang pandemi yang menghancurkan lainnya.


Dikutip dari Link Labs, WHO memperkirakan bahwa pengeluaran perawatan kesehatan 20-40% disebabkan oleh aliran yang tidak efisien. Inefisiensi seperti itu bisa terbukti berbahaya ketika ada gelombang besar pasien. Untuk menghindari kasus lain di mana sistem perawatan kesehatan kita kewalahan, kita perlu memanfaatkan teknologi dan fungsinya dalam membantu para profesional medis dan pasien. Meskipun ada banyak contoh di mana teknologi sangat membantu sistem perawatan kesehatan di berbagai negara, salah satu kemajuan teknologi yang perlu kita gunakan adalah kesehatan IoT.


Bagaimana lanskap kesehatan IoT saat ini pada tahun 2022, dan bagaimana kaitannya dengan pandemi yang sedang berlangsung? Berikut adalah beberapa temuan yang kami kumpulkan.


Pertumbuhan Praktik Telehealth

Sejak pandemi dimulai, konsultasi tatap muka telah menimbulkan lebih banyak risiko bagi praktisi dan pasien. Untuk mengurangi risiko, beberapa perusahaan telemedicine telah memberikan praktik konsultasi yang lebih aman, yaitu konsultasi jarak jauh. Dengan IoT, konsultasi telemedicine selama pandemi menjadi lebih mudah, lebih aman, dan lebih akurat. Pasien sekarang dapat memakai perangkat yang mengirim data terkait kesehatan, seperti suhu, laju tekanan darah, dan kadar oksigen. Integrasi AI juga telah membantu praktisi membuat rekomendasi terbaik untuk pasien.


Pemantauan Pasien Jarak Jauh

Berbicara tentang konsultasi telemedicine, kehadiran IoT juga memungkinkan pemantauan pasien jarak jauh. Di luar konsultasi, data yang disebutkan di atas seperti detak jantung, tingkat oksigen, dan suhu tubuh dapat dikumpulkan, disimpan, dan dinilai untuk pemantauan. Ketika seorang pasien terinfeksi Covid-19, misalnya, perangkat IoT ini dapat mengirim peringatan setiap kali kadar oksigen mereka rendah sehingga penyedia layanan kesehatan dapat dengan cepat mengambil tindakan yang diperlukan, mengurangi risiko yang berpotensi lebih parah yang dipicu oleh happy hypoxia.


Manajemen Keamanan Data Pasien

Mirip dengan apa yang terjadi dalam beberapa gelombang pertama pandemi, varian omicron akan menghasilkan sejumlah besar data dalam perawatan kesehatan. Apa yang terjadi ketika ada lonjakan data pasien yang tiba-tiba? Jawabannya mungkin bervariasi, tetapi konsekuensi tertentu adalah risiko keamanan. Pada tahun 2021, data 40 juta pasien Amerika dikompromikan, menurut Tech in Asia. Menjaga data pasien tetap aman adalah tantangan bagi petugas kesehatan yang tidak terlatih di sektor TI, itulah sebabnya ketergantungan pada IoT untuk perlindungan data pasien diperkirakan akan meningkat pada tahun 2022.


Pemantauan Aset dan Staf

Keamanan aset sama pentingnya dengan keamanan data pasien. Dengan masuknya pasien yang lebih besar, pemantauan aset kesehatan bisa menjadi lebih sulit. Di sinilah IoT akan memberikan bantuan besar untuk rumah sakit. Perangkat IoT yang dilengkapi sensor dapat membantu manajer rumah sakit memantau peralatan seperti pompa oksigen, kursi roda, dan defibrillator. IoT juga dapat memberikan data real-time tenaga medis, seperti di mana mereka dikerahkan atau tugas mana yang ditugaskan kepada mereka. Ini akan membantu meningkatkan efisiensi, terutama jika rumah sakit menangani sejumlah besar pasien.


Personalisasi Resep

Last but not least, IoT dapat mengubah pengalaman perawatan kesehatan menjadi lebih personal. Seperti disebutkan di atas, perangkat yang dapat dikenakan IoT dapat mengirim data ke praktisi, dan ini dapat membantu dokter meresepkan obat pasien secara akurat. Sebagai imbalannya, pasien bisa mendapatkan resep yang lebih akurat dan dipersonalisasi yang tidak hanya sesuai dengan kondisi mereka saat ini, tetapi juga diagnosis di masa depan. Forbes.com mengutip bahwa pusat perawatan kesehatan Empa di Swedia telah menggunakan AI untuk memperkirakan jumlah obat penghilang rasa sakit yang tepat yang dapat diambil pasien, misalnya.


Apakah informasi ini membantu?

Related Article