14 October 2021
Potensi Iklan Digital di Indonesia
Tahukah Anda bahwa kita menghabiskan sekitar 7-10 jam sehari menggunakan media digital? Untuk orang dewasa, frekuensi penggunaan internet harian adalah sekitar 8 jam. Dan jumlah waktu yang kita habiskan di internet pasti akan meningkat selama beberapa tahun ke depan, karena semakin banyak aktivitas kita (apakah itu pekerjaan atau pribadi) memerlukan dukungan aplikasi dan koneksi internet yang layak. Dengan hidup kita menghabiskan lebih banyak di internet, masuk akal bagi bisnis untuk mempromosikan barang dan jasa mereka di sana juga - dengan demikian, mendorong pertumbuhan iklan digital.
Beberapa Fakta tentang Iklan Digital...
Lyfe Marketing memberikan beberapa statistik menarik tentang iklan digital. Dikatakan bahwa secara global, 3,5 miliar pencarian dilakukan di Google setiap hari. Dari miliaran pencarian ini, 35% dibuat untuk produk. Ini jelas untuk melihat bahwa e-commerce tumbuh sangat cepat, karena sekitar lebih dari satu miliar pencarian dilakukan untuk produk setiap hari. Angka-angka ini tidak hanya katalis untuk iklan digital, tetapi juga bukti bahwa iklan digital bekerja. Bisnis telah menjangkau konsumen dengan iklan digital, dan iklan ini mendorong konsumen untuk mencari produk mereka.
Mengapa iklan digital mendapatkan popularitas seperti itu? Nah, sebagai permulaan, iklan digital menggunakan alat pintar yang dapat mengumpulkan, mengawasi, memantau, dan menganalisis data sehingga bisnis dapat membuat kampanye iklan yang efektif. Dari definisi ini, dapat disimpulkan bahwa kerumitan pemrosesan manual data terkait iklan tidak ada lagi. Selain menyediakan ruang untuk kreativitas, iklan digital hemat biaya, mudah digunakan, dan terukur. Singkatnya, di dunia di mana kita menjalani hidup kita secara online, iklan digital hanya baik untuk bisnis.
Iklan Digital di Indonesia
Menurut data, tampaknya Indonesia masih menyukai TV sebagai media yang paling menonjol untuk iklan. Tetapi kumpulan data yang sama juga menunjukkan bahwa kemungkinan akan segera berubah. Pada tahun 2018, hanya 21% dari pengeluaran iklan Indonesia yang dihabiskan untuk iklan digital. Hanya 2 tahun kemudian, pangsa pengeluaran iklan naik menjadi 27,8%. Pertumbuhan besar-besaran ini sejajar dengan pertumbuhan aktivitas Indonesia di media sosial. Selain itu, karena platform media sosial yang berpusat pada video seperti TikTok dan Instagram menjadi lebih populer, format video menjadi inti dari iklan digital Indonesia.
Dan perusahaan dengan cepat mengambil kesempatan ini. Menyadari bahwa jumlah pengguna smartphone Indonesia begitu besar, sekitar Rp 37 triliun dihabiskan untuk iklan digital berbasis smartphone pada tahun 2019, menurut eMarketer, seperti dilansir Beritasatu. Dari pemasaran mesin pencari hingga iklan media sosial yang semakin populer, lanskap iklan digital Indonesia menuju ke arah yang cerah. Dan itu tidak semua. Iklan digital akan berkembang lebih jauh dengan kehadiran iklan terprogram.
Prospek Iklan Terprogram di Indonesia
Iklan terprogram adalah cara yang relatif baru untuk komputerisasi, iklan otomatis yang memfasilitasi perusahaan untuk lebih efektif menjangkau pelanggan potensial mereka. Metode periklanan ini mendapat manfaat dari dukungan AI, yang mengarah ke efisiensi tinggi bagi pengiklan. Iklan terprogram juga memberikan wawasan bagi bisnis untuk memilih format iklan yang sempurna untuk pelanggan (potensial) mereka. Dibandingkan dengan iklan digital "konvensional", iklan terprogram memberi pengiklan lebih banyak kontrol atas pengelolaan iklan, laporan, dan tayangan.
Pada Januari 2021, ada 202 juta pengguna internet aktif dari Indonesia. Selain tingginya penggunaan media sosial, trafik berita online Indonesia bisa mencapai hingga 250 juta kunjungan per bulan. Lalu lintas besar seperti itu menyiratkan kesempatan bagi pengiklan untuk menggunakan iklan terprogram. Beberapa penelitian telah menyimpulkan bahwa Indonesia akan menjadi salah satu pasar iklan terprogram dengan tingkat pertumbuhan tercepat. Diperkirakan pengeluaran untuk iklan terprogram di Indonesia bisa tumbuh sebesar 54%, yang setara dengan Rp 6,8 triliun.
Apakah informasi ini membantu?